Nasional

Sastra Resmi Masuk Kurikulum Sekolah sebagai Upaya Tumbuhkan Kemampuan Literasi

Sel, 21 Mei 2024 | 09:00 WIB

Sastra Resmi Masuk Kurikulum Sekolah sebagai Upaya Tumbuhkan Kemampuan Literasi

Ilustrasi sastra. (Foto: freepik)

Jakarta, NU Online

 

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) resmi memasukkan sastra ke dalam Kurikulum Merdeka mulai tahun ajaran baru mendatang untuk jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA).

 


Terdapat 177 daftar judul buku karya sastra yang meliputi novel, cerita pendek, puisi, dan lainnya yang telah disiapkan Kemendikbudristek untuk dipakai oleh guru dalam menunjang pembelajaran siswa di sekolah.


Sebanyak 43 judul buku sastra untuk jenjang SD, 29 judul untuk jenjang SMP, dan 105 judul untuk jenjang SMA yang semuanya telah melalui proses kurasi selama satu tahun


Di antara judul buku tersebut ada Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari, Dari Hari ke Hari karya Mahbub Djunaidi, Burung-Burung Manyar karya YB Mangunwijaya, Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono, Kambing dan Hujan karya Mahfud Ikhwan, Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, Laut Bercerita karya Leila Chudori, Saman karya Ayu Utami.


Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek Anindito Aditomo mengatakan, program sastra yang dimasukkan ke dalam kurikulum itu diharapkan dapat membantu para guru untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka.


Ia menambahkan, salah satu tujuan utama kurikulum merdeka adalah untuk menumbuhkan kemampuan literasi, membuat anak-anak semakin cinta membaca, dan terbiasa dengan dunia bacaan serta dunia buku.


"Tujuan ini bisa dicapai kalau anak-anak kita terpapar pada buku yang bagus, tidak mungkin kalau mereka tidak mengenal buku yang menyenangkan akan suka membaca," ujarnya dalam Peluncuran Program Sastra Masuk Kurikulum di Gedung A Kemendikbudristek, Jakarta, Senin (20/5/2024).


Anindito menjelaskan bahwa membaca bukan sesuatu yang dapat diperoleh secara alamiah, melainkan harus diupayakan secara sistematis. Sebanyak 177 daftar judul buku setiap jenjang itu menjadi tolok ukur bagi penerbit-penerbit swasta tentang buku bagus.


"Hari ini kita melengkapi itu dengan menyediakan daftar bacaan dan panduan-panduan yang membuat guru lebih mudah menggunakan karya sastra Indonesia di pembelajaran," terangnya.


Anindito juga mengungkapkan bahwa karya sastra dipilih bukan hanya untuk meningkatkan minat baca karena ceritanya yang menarik dan membuat pembaca ingin terus mengikuti perkembangan cerita, tetapi juga karena karya sastra memiliki potensi besar sebagai wahana pendidikan karakter.


Ia menegaskan, jika pengembangan karakter ingin dilakukan secara serius maka pembelajaran tidak mungkin hanya dilakukan melalui buku teks yang fokusnya hanya pada konten akademik.


"Karya sastra dalam hal ini mengundang pembaca untuk menghayati dunia tokoh, dunia batin para tokoh yang dihadirkan melalui cerita itu, sehingga para pembaca bisa ikut merasakan apa yang mereka rasakan dan memikirkan sebuah peristiwa, kejadian dari sudut pandang yang berbeda," pungkasnya.